حَقِيْقَةُ الإِيْمَانِ "Hakikat Iman"
حَقِيْقَةُ الإِيْمَانِ
وَقَدْ دَلَّ عَلَى أَنَّ الإِيْمَانَ قَوْلٌ وَعَمَلٌ وَاِعْتِقَادٌ، نَصُوْصٌ كَثِيْرَةٌ مِنَ الكِتَابِ، وَالسُنَةٍ، نذكر بَعْضَهَا بِاخْتِصَارٍ، وَمِنْهَا: قَوْلُهُ تَعَالَى: وَلَمَّا يَدْخُلِ الْأِيمَانُ فِي قُلُوبِكُمْ [الحجرات:14]، وَقَوْلُهُ تَعَالَى: وَلَكِنَّ اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْإِيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ [الحجرات:7]، فهاتان الآيتَان أفادتا أَنَّ الإِيْمَانَ أَصْلُهُ فِيْ القَلْبِ، وَهٰذَا يَشْمَلُ قَوْل القَلْبٌ وَعَمَله، وَلاَ بُدَّ فِيْ الإِيْمَانِ مِنْ قَوْلِ اللِسَانِ؛ بِدَلِيْلِ قَوْلِ الرَسُوْلِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وسلم: أُمِرْتُ أَن أُقاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوا أَن لا إِلهَ إِلاَّ اللَّه وأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، ويُقِيمُوا الصَّلاةَ، وَيُؤْتُوا الزَّكاةَ، فَإِذا فَعَلوا ذلكَ، عَصَمُوا مِنِّي دِمَاءَهُمْ وأَمْوَالَهم إِلاَّ بحَقِّ الإِسلامِ، وحِسابُهُمْ عَلى اللَّهِ. رَوَاهُ البُخَارٌي، وَمُسْلِمْ. قَالَ الإِمَامُ النَوَوِي عقب هٰذَا الحَدِيْث:اتَّفَق أهلُ السُّنَّةِ مِن المحَدِّثين والفُقَهاءِ والمتكَلِّمين على أنَّ المؤمِنَ الذي يُحكَمُ بأنَّه مِن أهلِ القِبلةِ، ولا يُخَلَّدُ في النَّارِ، لا يكونُ إلَّا من اعتَقَد بقَلْبِه دينَ الإسلامِ اعتقادًا جازمًا خاليًا من الشُّكوكِ، ونَطَق بالشَّهادتينِ، فإن اقتَصَر على إحداهما لم يكُنْ من أهلِ القِبلةِ أصلًا. وَأَمَّا العَمَلُ، فهُوَ دَاخِل فِيْ الإيْمَانِ أْيضًا؛ لأَدِلَّة كَثِيْرَةٌ: مِنْهَا قَوْلُهُ تَعَالَى: وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُضِيعَ إِيمَانَكُمْ [البقرة:143]، أَيْ: صَلاَتُكُمْ، قاَلَ الحَلِيْمِيْ: أَجْمَعَ الْمُفَسِّرُوْنَ عَلَى أَنَّهُ أَرَادَ صَلاَتَكُمْ إِلَى بَيْتِ الْمَقْدِسِ، فَثَبَتَ أَنَّ الصَّلاَةَ إِيْمَانٌ، وَإِذَا ثَبَتَ ذَلِكَ، فَكُلُّ طَاعَةٍ إِيْمَانٌ إِذَ لَمْ أَعْلَمْ فَارِقًا فِي هَذِهِ التَّسْمِيَةِ بَيْنَ الصَّلاَةِ وَسَائِرِ الْعِبَادَاتِ
وبّوب البُخَارِي فَيْ صَحِيْحِهِ: بَابُ الصَلاَةِ مِنَ الإِيْمَانِ. وَقَوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: الإيمانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ أو بِضْعٌ وسِتُونَ شُعْبَةً: فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ: لا إله إلا الله، وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ، وَالحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الإِيمَانِ. رَوَاهُ البُخَارِي، وَمُسْلِمْ. وَهٰذَا لَفْظُ مُسْلِمْ، وَالحَدِيْث دَلِيْلُ عَلَى إدْخَالِ الطَاعَاتِ فِيْ الإِيْمَانِ، سَوَاءٌ كَانَتْ قَوْلِيَّة، أَمْ قَلْبِيَّة، أَمْ عَمَلِيَّة، قَالَ الإِماَمُ ابْن القَيّم فِيْ كِتَابِ الصَلاَةِ: الإيمانُ أصلٌ له شُعَبٌ متعَدِّدةٌ، وكُلُّ شُعبةٍ منها تسَمَّى إيمانًا، فالصَّلاةُ من الإيمانِ، وكذلك الزكاةُ والحَجُّ والصَّومُ، والأعمالُ الباطنةُ، كالحياءِ والتوكُّلِ.
Kebenaran iman
Ada banyak nash dari Al-Qur'an dan Sunnah yang menunjukkan bahwa iman adalah pernyataan, tindakan dan keyakinan, kami sebutkan beberapa di antaranya secara singkat, di antaranya: Firman Alloh Yang Mahakuasa: Dan ketika iman masuk ke dalam hatimu [Al-Hujurat: 14] , dan firman Alloh Yang Maha Esa: Tetapi Tuhan mencintaimu: 7], kedua ayat ini menunjukkan bahwa iman berakar di hati, dan ini termasuk perkataan dan tindakan hati, dan dalam iman perlu terdapat perkataan dari lisan. Sesuai dengan sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam: "Aku telah diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan jika mereka mengatakannya, darah dan harta mereka akan dilindungi dariku. , kecuali hak Islam, dan pertanggungjawaban mereka di sisi Allah SWT." H.R Bukhori dan Muslim. Imam Nawawi mengatakan setelah hadits ini:" Kaum Sunni di kalangan ulama hadits, ahli hukum, dan teologi sepakat bahwa orang beriman adalah mereka yang dinilai dari ahli kiblat, dan tidak akan tinggal di neraka, hanya akan menjadi orang yang beriman teguh pada agama Islam dalam hatinyaserta bebas dari keraguan, dan mengucapkan dua kesaksian (syahadat) . Di salah satunya, dia sama sekali bukan dari ahli kiblat."
Adapun 'amal, maka itu juga termasuk dalam iman. Dalilnya banyak, antara lain firman Allah SWT: Dan Allah tidak menyia-nyiakan imanmu [Al-Baqarah: 143], artinya: shalatmu. Al-Halimi berkata:" Para mufassir sepakat bahwa dia bermaksud shalatmu ke Bait Al-Maqdis, sehingga terbukti bahwa shalat itu iman. Semua ketaatan adalah iman, Saya tidak tahu perbedaan nama ini antara shalat dan ibadah lainnya." Al-Bukhari memasukkannya dalam Sahih-nya: Bab tentang shalat dari Iman. Dan sabdanya Rasulullah SAW:" Iman memiliki tujuh puluh atau enam puluh cabang, yang terbaik adalah mengatakan: Tidak ada Tuhan selain Allah, dan yang terendah: menghilangkan hal-hal yang berbahaya dari jalan, dan kerendahan hati adalah cabang iman." H. R Bukhori dan Muslim. Dan Ini adalah perkataan Muslim, dan hadits bukti pengenalan ketaatan ke dalam iman, baik itu perkataan atau hati atau pekerjaan . Imam Ibn al-Qayyim mengatakan dalam Kitab Shalat:" Iman adalah asal dengan banyak cabang, dan setiap cabang disebut iman, jadi shalat adalah bagian dari iman, seperti halnya zakat dan haji, puasa, dan pekerjaan batin, seperti kerendahan hati, dan tawakal."
Penjelasan
Bahwasannya iman adalah keyakinan yang menghujam dalam hati, kokoh penuh keyakinan tanpa dicampuri keraguan sedikitpun. Sedangkan keimanan dalam Islam itu sendiri adalah percaya kepada Alloh, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, Rosul-rosulNya, hari akhir dan berIman kepada takdir baik dan buruk. Iman mencakup perbuatan, ucapan hati dan lisan, amal hati dan amal lisan serta amal anggota tubuh. Iman bertambah dengan ketaatan dan berkurang karena kemaksiatan.Kedudukan Iman lebih tinggi dari pada Islam, Iman memiliki cakupan yang lebih umum dari pada cakupan Islam, karena ia mencakup Islam, maka seorang hamba tidaklah mencapai keImanan kecuali jika seorang hamba telah mamapu mewujudkan keislamannya. Iman juga lebih khusus dipandang dari segi pelakunya, karena pelaku keimanan adalah kelompok dari pelaku keIslaman dan tidak semua pelaku keIslaman menjadi pelaku keImanan, jelaslah setiap mukmin adalah muslim dan tidak setiap muslim adalah mukmin. Keimanan tidak terpisah dari amal, karena amal merupakan buah keImanan dan salah satu indikasi yang terlihat oleh manusia. Karena itu Alloh menyebut Iman dan amal soleh secara beriringan dalam Qur’an surat Al Anfal ayat 2-4 yang artinya:
Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang jika disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal, (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rizki yang kami berikan kepada me-reka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benar-nya.” (Al-Anfal: 2-4)
Keimanan memiliki satu ciri yang sangat khas, yaitu dinamis. Yang mayoritas ulama memandang keImanan beriringan dengan amal soleh, sehinga mereka menganggap keImanan akan bertambah dengan bertambahnya amal soleh. Akan tetapi ada sebagaian ulama yang melihat Iman berdasarkan sudut pandang bahwa ia merupakan aqidah yang tidak menerima pemilahan. Maka seseorang hanya memiliki dua kemungkinan saja: mukmin atau kafir, tidak ada kedudukan lain diantara keduanya. Karena itu mereka berpendapat Iman tidak bertambah dan tidak berkurang.
Iman adakalanya bertambah dan adakalanya berkurang, maka perlu diketahui kriteria bertambahnya Iman hingga sempurnanya Iman, yaitu:
1) Diyakini dalam hati
2) Diucapkan dengan lisan
3) Diamalkan dengan anggota tubuh.
Sedangkan dalam Islam sendiri jika membahas mengenai Iman tidak akan terlepas dari adanya rukun Iman yang enam, yaitu:
1) Iman kepada Alloh
2) Iman kepada malaikatNya
3) Iman kepada kitabNya
4) Iman kepada rosulNya
5) Iman kepada Qodho dan Qodar
6) Iman kepada hari akhir
Jika Iman adalah suatu keadaan yang bersifat dinamis, maka sesekali didapati kelemahan Iman, maka yang harus kita lakukan adalah memperkuat segala lini dari hal-hal yang dapat memperkuat Iman kembali. Hal-hal yang dapat dilakukan bisa kita mulai dengan memperkuat aqidah, serta ibadah kita karena Iman bertambah karena taat dan berkurang karena maksiat.
Ketika Iman telah mencapai taraf yang diinginkan maka akan dirasakan oleh pemiliknya suatu manisnya Iman, sebagaImana hadits Nabi Muhammad saw. yang artinya:
“Tiga perkara yang apabila terdapat dalam diri seseorang, maka ia akan merasakan manisnya Iman: Menjadikan Alloh dan RosulNya lebih dicintainya melebihi dari selain keduanya, mencintai seseorang yang tidak dicintainya melainkan karena Alloh, membenci dirinya kembali kepada kekufuran sebagaImana bencinya ia kembali dilemparkan ke dalam api neraka.” (HR.Bukhori Muslim).
Comments
Post a Comment