EKSISTENSI PERKEMBANGAN TEOLOGI ISLAM DI ZAMAN MODERN

 


EKSISTENSI PERKEMBANGAN TEOLOGI ISLAM DI ZAMAN MODERN

 

PENDAHULUAN

 

Kata teologi berasal dari bahasa Yunani yaitu theologia yang merupakan gabungan dari dua kata theos (Tuhan atau Allah) dan logos (ilmu atau bahasa). Kemunculan istilah teologi dalam Islam, pada awalnya terkait dalam ranah politik dengan maksud perluasan ekspansi daerah kekuasaan Islam pada awal-awal perkembangan Islam. Peristiwa yang diawali oleh pertentangan politik menyangkut peristiwa pembunuhan, Umān bin ‘Affān (574-656 M) yang berujung pada penolakan Mu’āwīyah bin Abū Sufyān (602-680 M) atas kekhalifahan Alī bin Abī ālib (599-661 M). Pertentangan antara Mu’āwīyah bin Abū Sufyān dan Alī bin Abī ālib berakhir pada peristiwa perang iffin yang menghasilkan keputusan takīm (arbitrase).[1]

Umat Islam merupakan salah satu umat terbanyak di muka bumi saat ini, di zaman modern kiblat dari perkembangan ilmu pengetahuan memang tidak berada di umat Islam. Kiblat ini mengalami pergeseran ke Bangsa Barat yang memperoleh kemajuan di zaman modern, akan tetapi terdapat beberapa pengembangan yang terjadi di umat Islam saat zaman modern. Teologi Islam merupakan ilmu pengetahuan yang turut serta berkembangan karena adanya beberapa pemikir-pemikir Islam yang coba mengolah, mengevaluasi, dan mengembangkan teologi yang sebelumnya telah ada. Hal ini penting dilakukan karena ilmu teologi Islam haruslah mengikuti perkembangan zaman yang sedang terjadi, sehingga mencapai kesepakatan atau keyakinan dalam umat Islam itu sendiri.

Terdapat periodisasi dalam perkembangan teologi islam. Pembagian periodiknya meliputi, periode klasik, periode pertengahan, danperiode modern. Islam merupakan agama yang membawa keselamatan dan kesejahteraan untuk umat manusia yang diperoleh dari Allah SWT. Terdapat pandangan berbeda-beda yang dilakukan umat lainnya terhadap umat Islam, sehingga haruslah terdapat pembaharuan terhadap cara pandang secara subjektif ini. Perkembangan teologi Islam sendiri mengalami naik turun sesuai dengan perkembangan zaman, terutama di zaman modern. Terdapat penemuan-penemuan yang dihasilkan zaman modern yang menyebabkan perkembangan pada masyarakat dunia. Penulisan ini secara singkat menjelaskan mengenai ilmu teologi Islam pada  zaman modern.[2]

 

PEMBAHASAN

 

A.    Teologi Islam

Kata teologi berasal dari bahasa Yunani yaitu theologia yang merupakan gabungan dari dua kata theos (Tuhan atau Allah) dan logos (ilmu atau bahasa). Jadi, teologi bisa diartikan sebagai ilmu yang berkaitan dengan Tuhan atau Allah. Istilah teologi sendiri pertama kali muncul pada karya republic Plato, kemudian dimodifikasi oleh Aristoteles dengan memasukkannya pada wilayah pembahasan metafisika. Aristoteles mengistilahkannya dengan “theological philosophy” dan “theological knowledge” yang ditempatkannya sebagai ilmu yang berada di urutan ketiga setelah matematika dan fisika.[3]

Teologi adalah ilmu yang membahas tentang ketuhanan, dan segala hal yang berkaitan dengan nilai-nilai ketuhanan. Posisi teologi sangatlah penting dalam berbagai pembahasan tentang studi pengajaran agama. Kajian teologi dalam ranah Islam memiliki nama terkenal lainnya seperti ilmu kalam dan ilmu tauhid. Teologi pada dasarnya sama dengan kajian ilmu kalam, yakni mencakup di dalamnya ilmu tentang Tuhan (ma’rifat al-mabda), ilmu tentang utusan Allah (ma’rifat al-wāsiah), dan ilmu tentang hari akhirat (ma’rifat al-ma’ād).

Kemunculan istilah teologi dalam Islam, pada awalnya terkait dalam ranah politik dengan maksud perluasan ekspansi daerah kekuasaan Islam pada awal-awal perkembangan Islam. Peristiwa yang diawali oleh pertentangan politik menyangkut peristiwa pembunuhan, Umān bin ‘Affān (574-656 M) yang berujung pada penolakan Mu’āwīyah bin Abū Sufyān (602-680 M) atas kekhalifahan Alī bin Abī ālib (599-661 M). Pertentangan antara Mu’āwīyah bin Abū Sufyān dan Alī bin Abī ālib berakhir pada peristiwa perang iffin yang menghasilkan keputusan takīm (arbitrase).

Akibat adanya takīm tersebut, muncullah aliran teologi yang pertama dalam sejarah Islam, yaitu Khawarij, Murjiah dan Syi’ah. Hal ini berkaitan dengan kajian teologi Islam yang merupakan kajian paling fundamental dalam Islam yang harus dibangun kembali sesuai dengan prespektif dan standar modernitas. Seseorang yang ingin menyelami dan mengetahui seluk-beluk agama secara mendalam, perlu mempelajari kajian teologi terhadap agama yang dianutnya. Pengetahuan tentang ilmu ketuhanan didasarkan pada keyakinan yang kuat, maka seseorang tidak akan mudah terpengaruh dengan paham-paham teologi yang salah.

Proses sejarah perkembangan teologi Islam memiliki keterkaitan yang tidak dapat dipisahkan dari dominasi kekuasaan politik pada awal kemunculannya. Kedatangan Islam merupakan sebuah revolusi yang selama berabad-abad telah berperan secara signifikan dalam sejarah kehidupan umat manusia. Islam telah menjadi penanda perubahan, bukan hanya dalam teologi namun juga dalam sosial dan ekonomi. Gerakan pembaharuan pemikiran teologi Islam adalah sebuah kenyataan sejarah, sebagai bentuk implementasi respon positif terhadap modernisme, untuk kemudian melahirkan dinamika dan gerakan pemikiran yang beragam dan secara diametral yang masing-masing berbeda. Lapisan masyarakat yang berada di manapun selalu menjadi pelaku sejarah, yaitu orang yang secara langsung terlibat dalam peristiwa sejarah. Indonesia saat ini masih banyak pelaku sejarah yang belum ditulis pemikiran-pemikiran dan pengalaman hidupnya.[4]

Pokok pembahasan didalam teologi Islam adalah pembahasan tentang ketuhanan.Tauhid yang dibawa oleh Nabi Mohammad SAW bersifat progresif, liberatif, emansipatif, danrevolutif. Terdapat beberapa aliran seperti Khawarij, Jabariyah, Qadariyah, Syiah,Ahlussunnah Waljamaah, dan Mu’tazilah. Teologi Islam  dapat mengalami perubahan jika dilihat dari sudut pandang sosiologis, hal ini karena terdapat fenomena peradaban, kultural, dan realitas sosial didalam kehidupan manusia. Terdapat penggolongan didalam pandangan umatislam terhadap modernitas, yaitu modernis, tradisionalis, dan elektis. Penggolongan ini inidiakibatkan situasi dan kondisi masyarakat, yang cenderung rasional yang memiliki sifat logisdan empiris[5]

 

B.     Zaman Modern

Secara bahasa, modern berasal dari bahasa latin “modernus atau moderna” yang berarti baru, sekarang atau masa kini. Istilah ini mulai digunakan pada abad 15 M yang ditandai dengan hadirnya perubahan besar dalam sistem kehidupan manusia. Pada Masa ini, menurut Arnold Toynbee, bahwa modernitas muncul ketika orang Barat tidak lagi berterima kasih kepada Tuhan, tetapi justru berterima kasih kepada kehebatan manusia dalam mengatasi hegemoni dan kungkungan Kristen abad pertengahan.[6]

Secara historis, zaman modern dimulai sejak adanya krisis zaman pertengahan selama dua abad (abad ke-14 dan ke-15), yang ditandai dengan munculnya gerakan Renaissance. Renaissance berarti kelahiran kembali, yang mengacu kepada gerakan keagamaan dan kemasyarakatan yang bermula di Italia (pertengahan abad ke-14). Tujuan utamanya adalah merealisasikan kesempurnaan pandangan hidup Kristiani dengan mengaitkan filsafat Yunani dengan ajaran agama Kristen.

Ditinjau dari sudut sejarah, filsafat hukum memiliki empat periodesasi. Periodesasi ini didasarkan atas corak pemikiran yang dominan pada waktu ini. Pertama, adalah zaman Yunani kuno. Kedua, adalah zaman Abad pertengahan. Ketiga,adalah zaman Abad Modern, para filosof pada zaman ini menjadikan manusia sebagai pusat analisis filsafat, maka corak filsafat zaman ini lazim disebut antroposentris. Filsafat modern dengan demikian memiliki corak yang berbeda dengan Abad Pertengahan. Letak perbedaan itu terutama pada otoritas kekuasaan politik dan ilmu pengetahuan.

Jika pada Abad Pertengahan otoritas kekuasaan mutlak dipegang oleh Gereja dengan dogma-dogmanya, maka zaman Modern otoritas kekuasaan itu terletak pada kemampuan akal manusia itu sendiri. Manusia pada zaman Modern tidak mau diikat oleh kekuasaan manapun, kecuali oleh kekuasaan yang ada pada dirinya sendiri yaitu akal. Kekuasaan yang mengikat itu adalah Agama dan Gerejanya serta Raja dengan kekuasaan politiknya yang bersifat absolut. Keempat, adalah Abad Kontemporer dengan ciri pokok pemikiran logosentris, artinya teks menjadi tema sentral diskursus filsafat.[7]

Terdapat berbagai penemuan di bidang ilmiah, seperti filsafat, seniklasik, budaya, dan sastra. Berkembangnya berbagai bidang ilmu pengetahuan di benua Eropamemiliki dampak hingga saat ini, dimana terdapat revolusi industri di Inggris. Revolusi Industrimerupakan peralihan masyarakat bercorak agraris dan pedagang menuju masyarakat bercorakindustri. Kemunculan revolusi industri disebabkan adanya kemajuan ilmu pengetahuan danbeberapa penemuan yang bersifat baru. Contoh penemuan itu adalah mesin uap yang digunakanuntuk memproduksi barang secara efisien.

Pada zaman modern terdapat kebebasan dalam berpikir, terdapat beberapa tokoh dan hasil temuannya. Seperti : Galileo, Pascal, Isaac Newton, Leibniz, dan Joseph Black. Berbagaipenemuan ilmiah membuat manusia memperoleh ambisinya. Ilmu pengetahuan yang berkembangan ini menjadikan manusia menjadi lebih maju dibandingkan dengan zaman-zaman sebelumnya. Zaman modern tidak hanya terfokus di bidang ilamu pengetahuan saja,akan tetapi menyangkut perekonomian, sosial, politik, dan budaya di seluruh dunia. Denganadanya perkembangan ini, manusia yang memiliki pola pikir dan hubungan rohani kepadaTuhan mengembangkan pola pikir ini. Manusia mengembangkan prinsip-prinsip mengenaihubungan dengan Tuhan, terutama didalam ajaran agama Islam[8]

 

C.    Teologi dan Modernitas

Teologi dan modernitas mempunyai keterkaitan satu sama lain. Teologi sebagai sebuah interpretasi terhadap suatu agama harus menjawab pertanyaan-pertanyaan yang lahir dan berkembang dalam modernitas. Teologi tidak bisa berjalan sendiri sebagai sebuah paham terhadap satu agama, ia harus diimbangi dengan analisa modernitas. Poin ini menjadi penting, karena modernitas tidak hanya sebatas zaman atau fase dalam kehidupan umat manusia. Modernitas telah menjadi kerangka berpikir yang memberi pengaruh penting pada kemajuan manusia. Teologi yang kehadirannya mendahului modernitas, tentu harus memiliki strategi agar mampu berjalan seiring dengan modernitas tanpa kehilangan ruh dan identitas satu teologi.

Meskipun dari segi sumber, tentu teologi dan modernitas adalah dua hal yang berbeda. Jika teologi sumber dan kajiannya merujuk kepada Tuhan, maka modernitas lebih mengarah kepada zaman yang diciptakan oleh manusia. Teologi tidak bisa dilepaskan dari zaman atau waktu. Teologi pasti akan melintasi ruang dan waktu, dimana zaman modernitas adalah salah satu dari waktu tersebut.[9]

 

D.    Aliran Teologi Islam Masa Modern

Corak pemikir teologi Islam di masa modern memiliki berbedaan satu dengan lainnyakarena dalam memahami teks agama para tokoh memiliki sudut pandang yang berbeda-beda. Di zaman modern terdapat permasalahan yang baru, dimana terdapat dehumanisasi dalamkehidupan manusia. Entitas fisik dipandang oleh manusia tidak memiliki dimensi spritual,sehingga manusia menjadi teralienasi mengalami kebingungan. Hal ini terjadi karena terdapatberbagai janji mengenai kebahagian di peradaban dunia di abad ke-19. Tokoh pemikir teologi Islam, antara  lain :

1.      Pemikiran Kalam Muhammad Abduh

Beliau adalah seorang tokoh pembaharu pemikiran Islam asal Mesir, khususnya dalam bidang teologi. Hasil pemikirannya banyak diikuti oleh para sarjana muslim di seluruh dunia. Di antara pokok-pokok pikirannya adalah:

1)   Kedudukan antara akal dan wahyu. Menurutnya antara akal dan wahyu adalah sejalan, karena keduanya merupakan hidayah dari Allah. Dalam hal mengetahui Tuhan, akal mampu mengetahuinya. Namun akal tidak mampu mengetahui cara beribadah kepada Tuhan. Karena itu, wahyu lebih berfungsi sebagai konfirmasi dan informasi.

2)   Kebebasan manusia. Abduh mengakui bahwa manusia memiliki kebebasan dalam berbuat. Namun kebebasan itu tidak bersifat mutlak, karena kebebasan itu masih tergantung pada potensi yang diberikan oleh Tuhan.

3)    Sifat Tuhan. Abduh menyatakan bahwa zat Tuhan itu ada dan disifati oleh sifat-sifat yang sempurna. Jadi menurutnya Tuhan punya sifat , namun dia tidak mau membahasnya secara luas, karena diluar jangkauan akal manusia.

4)   Antropomorpisme. Abduh tidak setuju dengan ungkapan: wajah Tuhan, tangan Tuhan, Tuhan duduk, dll. Menurutnya ungkapan tersebut harus dita’wil.

5)   Kehendak Tuhan. Menurutnya Tuhan tidak berkehendak secara mutlak. Tuhan sudah membatasi kehendak mutlaknya dengan memberikan kebebasan kepada manusia untuk mewujudkan perbuatannya. Kehendak mutlak Tuhan juga sudah dibatasi oleh hukum yang Dia tetapkan sendiri, yakni hukum alam atau sunnatullah.

6)   Melihat Tuhan. Menurutnya Tuhan tidak dapat digambarkan atau diproyeksikan dengan kata-kata. Kesanggupan melihat Tuhan di akhirat hanya dianugerahkan oleh Allah kepada orang-orang tertentu , di antara orang-orang mukmin.

2.      Pemikiran Kalam Muhammad Iqbal

Beliau adalah seorang pemikir Islam modern, yang dikenal sebagai seorang filosuf dan ahli tasawuf, yang berasal dari India-Pakistan. Beliau juga dikenal seorang pemikir progresif dan dinamis. Karena beliau yakin bahwa Islam adalah agama yang membawa pada kemajuan. Diantara pokok pikirannya:

1)   Hakikat hidup. Menurutnya hakikat hidup itu adalah bergerak dan berubah. Jadi jika menusia ingin menikmati hidup, maka dia harus selalu bersifat kereatif, dinamis dan progresif. Dengan cara itulah keberadaan manusia di dunia menjadi bermakna .

2)   Persoalan dosa besar. Konsep yang dibangun Iqbal berkaitan dengan dosa besar sudah jauh berbeda dengan teologi klasik, yang tidak lagi dikaitkan dengan iman kafir. Dia membangun sebuah konsep kesadaran diri, dimana manusia tidak bisa terlepas dari dosa. Namun yang penting adalah bagaimana kesadaran diri seorang pelaku dosa mampu membawanya bangkit dan terbebas dari dosa (taubat).

3)   Surga dan Neraka adalah keadaan bukan tempat. Adanya gambaran dalam bentuk visualisasi dari kedua hal tersebut dalam al-Qur’an hanyalah demi memudahkan dalam memahami. Neraka merupakan pengalaman korektif untuk memperkuat kesadaran diri agar lebih waspada. Surga merupakan pengalaman rohani yang membahagiakan.

3.            Pemikiran Kalam Hasan Hanafi

Beliau adalah seorang tokoh pemikir Islam kontemporer. Ide dan gagasannya banyak memberikan inspirasi bagi intelektual muslim masa kini, terutama dalam mengaktualisasikan ajaran-ajaran Islam. Di antara pokok pikirannya:

1)   Kritik terhadap teologi klasik. Menurutnya teologi klasik telah gagal dalam membangun sebuah ideologi bagi kemajuan umat, justru yang terjadi adalah perpecahan umat. Mereka hanya sibuk dengan keimanan teoritis yang sempit, dan lupa dengan pengalaman praktis yang lebih fungsional.

2)   Rekonstruksi teologi. Untuk menggganti teologi klasik yang tidak fungsional, perlu dibangun sebuah teologi baru yang disesuaikan dengan realita kehidupan umat. Teologi baru ini harus menjadi landasan etik dan moral bagi umat.

Menurut hanafi, tantangan dunia klasik dengan modern jauh berbeda, karena itu pula produk ilmu kalam yang dimunculkan juga berbeda, sesuai dengan kondisi zamannya. Dunia klasik berhadapan dengan hal iman dan kafir serta politik, sehingga materi yang dibicarakan adalah masalah esensi/wujud Tuhan. Dunia modern berhadapan serangan budaya dan arogansi negara maju, terutama dunia barat, sehingga materi yang dibahas berkaitan dengan kemerdekaan, kebebasan, persmaan hak, demokrasi, dll. .

4.            Pemikiran Kalam Harun Nasution

Beliau adalah pemikir kontemporer Indoinesia, khususnya berkaitan dengan teologi Islam. Diantara pokok pikirannya:

1)   Peranan akal. Menurutnya akal merupakan lambang kekuatan manusia di banding makhluk lain. Semakin tinggi akalnya semakin tinggi kemampuannya, begitu juga sebaliknya. Akal menempati posisi yang tinggi dalam perkembangan iptek. Begitu pula akal memiliki peranan yang sangat penting dalam kajian-kajian keagamaan, baik dalam bidang fiqih maupun tafsir.

2)   Pembaharuan teologi. Landasan epistimologis yang dia pakai disini adalah asumsi bahwa keterbelakangan dan kemunduran umat karena disebabkan oleh adanya sesuatu yang salah dalam teologi mereka (teologi klasik). Jika ingin merubah nasib umat, maka teologinya dulu yang harus dirubah, dari teologi fatalis-irrasional menuju teologi dinamis –rasional.

3)   Hubungan antara akal dan wahyu. Menurutnya mustahil antara akal dan wahyu terjadi pertentangan. Justru wahyu memberi ketegasan agar manusia menggunakan akalnya secara maksimal, baik dalam hal dunia maupun keagamaan.

4)   Dalam bidang keagamaan, akal tidak pernah membatalkan wahyu, justru yang dilakukan akal adalah memberikan interpretasi terhadap wahyu. Jika terjadi suatu pertentangan, maka yang terjadi adalah pertentangan antara satu interpretasi dengan interpretasi yang lain, atau antara pendapat satu ulama dengan ulama yang lain. Dengan kata lain, tidak pernaha ada pertentangan antara akal dan wahyu.

Karena pemikirannya ini, Harun pernah diduga sebagai pengikut mu’tazilah, yang keberadaannya di Indonesia kurang diakui, karena banyak ajarannya yang tidak sesuai dengan sunnah.[10]

5.            Pemikiran kalam Sayyid Ahmad Khan

Tokoh yang lahir di Delhi, India di tahun 1812. Beliau menyumbangkan pemikirannya terhadap teologi Islam yang mempunyai kesamaan dengan faham Qadariyah, seperti pemikiran mengenai kebebasan di setiap diri manusia yang menentukan kehendak dan perbuatannya berdasarkan keyakinan, kekuatan, dan kebebasan akal pikirnya. Tuhan telah memberikan manusia beranekaragam daya, antara lain daya pikir berupa akal dan fisik yang mendukung dalam hal yang manusia inginkan. Sayyid Ahmad Khan memiliki pendapat bahwa akal yang dimiliki setiap manusia memiliki keterbatasan dan bukan segalanya. Kemunculan negara Pakistan, salah satunya karena ide dan aksi konkrit dari SayyidAhmad Khan di abad ke-20. Beliau sendiri mengikuti prinsip teologi Qodariyah dan menentang prinsip Taliq. Beliau menolak prinsip Taliq disebabkan oleh ide-ide ijtihad yang muncul karena penyesuaian dalam pelaksanaan ajaran agama Islam sesuai dinamika kehidupan masyarakat.

Khan berpendapat  setiap mahkluk hidup telah diberikan tabi’at atau nature secara langsung oleh Tuhan dan itu bersifat tetap dan tidak berubah-ubah. Pendapatnya mengenai umat Islam yang tertinggal dengan bangsa barat disebabakan ilmu pengetahuan dan teknologi modern yang tidak dimiliki, sehingga ia mengatakan teologi Khan merupakan teologi pembaharuan atas dasar kitab suci dan sunnatullah. Karena ia terlahir di India, Khan merasa umat Islam India mengalami kemunduran. Kemunduran ini disebabkan umat Islam India tidak mengikutiperkembangan zaman, dimana terdapat perkembangan peradaban di dunia barat. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di barat menjadi kekuatan barat untukberkembang dan ini tidak disadari oleh kaum Islam India

6.            Pemikiran kalam Ismail Raji al Faruqi

Pendiri dari Pusat Pengkajian Islam di Tempel University, Amerika Serikat yangmemiliki pemikiran mengenai pembaharuan terhadapat ajaran Islam di dunia modern. IsmailRaji al Faruqi memiliki pemikiran mengenai Khailafah Islamiyah yang menjadi prasyarat untuktegaknya paradigma Islam di seluruh dunia. Untuk membangun pola pikir ini, terdapatbeberapa gagasan didalamnya yaitu tauhid sebagai pandangan dunia. Tauhid sebagaipandangan dunia mengenai kebenaran, realitas, sejarah dan takdir. Kedua, tauhid sebagaipengalaman agama, dimana posisi sentral ditempati oleh Tuhan dan syahadat untuk mengawalatau mengawasi umat Islam dalam segala keadaan. Tauhid guna prinsip metafisika dan intisariIslam, dalam hal ini tanpa adanya tauhid perintah yang ada bukanlah apa-apa. Agama Islammerupakan hal yang dapat dipahami dan diketahui, manusia atau umat Islam dapat memahamikebenaran yang ada berdasarkan apa yang dirasakan. Oleh karen ini, tauhid dapat dikatakansebagai prinsip pengetahuan. Semuanya ini merupakan pemikiran yang bertujuan untukmembentuk umat Islam yang lebih maju karena adanya perubahan didalamnnya, umat Islamdapat bersaing dengan peradaban lainnya di dunia[11]

 

E.     Ciri-Ciri Pemikiran Teologi Islam Modern

Ciri-Ciri Pemikiran Teologi Modern merupakan semangat zaman baru yang ada di abad 19. Sebagai bentuk peradaban dan semangat zaman, modernitas ini dicirikan atas 3 hal yaitu indifidualistik, rasionalisme dan kemajuan. Memasuki abad 19 umat Islam dikejutkan oleh dunia Barat, yang mana pada era klasik kaum Barat masih dalam kegelapan dan kemunduran, kini mereka telah berkembang pesat dan justru berbalik dari umat Islam bahkan menjadi pusat peradaban dunia. Era kemajuan di Barat inilah yang akhirnya disebut sebagai era atau periode modern. Abad modern adalah peralihan dari kebudayaan teosentris menuju antroposentris.

Adapun yang dimaksud dengan indifidualistik, rasionalisme dan kemajuan yaitu: Indifidualistik adalah sebuah paham yang menganut kebebasan pribadi dan mementingkan kebebasan tersebut dibandingkan orang lain, di mana orang yang menganut paham ini akan melakukan berbagai macam upaya untuk mencapai keinginan dan kemerdekaannya sebagai sosok pribadi yang dengan kemauannya sendiri. Rasionalisme doktrin filsafat yang menyatakan bahwa kebenaran haruslah ditentukan atau didapatkan melalui pembuktian, logika, dan analisis yang berdasarkan fakta, bukan berasal dari pengalaman inderawi. Kemajuan adalah suatu proses untuk tidak menyerah dalam mencapai sesuatu yang kita impikan.[12]

 

KESIMPULAN

 

Proses sejarah perkembangan teologi, Islam memiliki keterkaitan yang tidak dapat dipisahkan dari dominasi kekuasaan politik pada awal kemunculannya. Kedatangan Islam merupakan sebuah revolusi yang selama berabad-abad telah berperan secara signifikan dalam sejarah kehidupan umat manusia. Islam telah menjadi penanda perubahan, bukan hanya dalam teologi namun juga dalam sosial dan ekonomi. Gerakan pembaharuan pemikiran teologi Islam adalah sebuah kenyataan sejarah, sebagai bentuk implementasi respon positif terhadap modernisme, untuk kemudian melahirkan dinamika dan gerakan pemikiran yang beragam dan secara diametral yang masing-masing berbeda. Lapisan masyarakat yang berada di manapun selalu menjadi pelaku sejarah, yaitu orang yang secara langsung terlibat dalam peristiwa sejarah. [13]

Pada zaman modern terdapat kebebasan dalam berpikir. Berbagai penemuan ilmiah membuat manusia memperoleh ambisinya. Ilmu pengetahuan yang berkembang ini menjadikan manusia menjadi lebih maju dibandingkan dengan zaman-zaman sebelumnya. Zaman modern tidak hanya terfokus di bidang ilmu pengetahuan saja, akan tetapi menyangkut perekonomian, sosial, politik, dan budaya di seluruh dunia. Dengan adanya perkembangan ini, manusia yang memiliki pola pikir dan hubungan rohani kepada Tuhan mengembangkan pola pikir ini. Manusia mengembangkan prinsip-prinsip mengenai hubungan dengan Tuhan, terutama didalam ajaran agama Islam[14]

Teologi dan modernitas mempunyai keterkaitan satu sama lain. Teologi sebagai sebuah interpretasi terhadap suatu agama harus menjawab pertanyaan-pertanyaan yang lahir dan berkembang dalam modernitas. Teologi tidak bisa berjalan sendiri sebagai sebuah paham terhadap satu agama, ia harus diimbangi dengan analisa modernitas. Poin ini menjadi penting, karena modernitas tidak hanya sebatas zaman atau fase dalam kehidupan umat manusia. Modernitas telah menjadi kerangka berpikir yang memberi pengaruh penting pada kemajuan manusia. Teologi yang kehadirannya mendahului modernitas, tentu harus memiliki strategi agar mampu berjalan seiring dengan modernitas tanpa kehilangan ruh dan identitas satu teologi.[15]

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Mawar Ramadan, “ Aliran Teologi Islam Masa Modern,” slideplayer, Desember 18, 2015, https://slideplayer.info/slide/4131710/

Surya Ramadhan, “Ciri-ciri pemikiran Teologi Modern dan Hubungannya dengan Ilmu-ilmu”, slideshare, Desember 01, 2020, https://www.slideshare.net/abdulgonde/ciri-ciri-pemikiran-teologi-modern-dan-hubunganya-dengan-ilmuilmu

Arvindara, “Zaman Modern”, Scribd, September 06, 2021, https://id.scribd.com/document/372587937/Makalah-Zaman-Modern

Siti Aisyah, “Teologi Islam 1,” Elearning, September 06, 2021, https://elearning.uinsu.ac.id/course/index.php?categoryid=272

Dzati, Amal, “Perkembangan Teologi Islam di Zaman Modern”, academia, 2020, https://www.academia.edu/43275654/PERKEMBANGAN_TEOLOGI_ISLAM_DI_ZAMAN_MODERN_Amaldjati

Latif, Muhaemin, Perkembangan Teologi Modern (Gowa:Alaudin University Press,


[1] Siti Aisyah, “Teologi Islam 1,” Elearning, September 06, 2021, https://elearning.uinsu.ac.id/course/index.php?categoryid=272

[2] Dzati, Amal, “Perkembangan Teologi Islam di Zaman Modern”, academia, 2020, https://www.academia.edu/43275654/PERKEMBANGAN_TEOLOGI_ISLAM_DI_ZAMAN_MODERN_Amaldjati

[3] Latif, Muhaemin, Perkembangan Teologi Modern (Gowa:Alaudin University Press, 2020), hlm.1.

[4] Siti Aisyah, “Teologi Islam 1,” Elearning, September 06, 2021, https://elearning.uinsu.ac.id/course/index.php?categoryid=272

[5] Dzati, Amal, “Perkembangan Teologi Islam di Zaman Modern”, academia, 2020, https://www.academia.edu/43275654/PERKEMBANGAN_TEOLOGI_ISLAM_DI_ZAMAN_MODERN_Amaldjati

[6] Latif, Muhaemin, Perkembangan Teologi Modern (Gowa:Alaudin University Press, 2020), hlm.8.

[7]Arvindara, “Zaman Modern”, Scribd, September 06, 2021, https://id.scribd.com/document/372587937/Makalah-Zaman-Modern

[8] Dzati, Amal, “Perkembangan Teologi Islam di Zaman Modern”, academia, 2020, https://www.academia.edu/43275654/PERKEMBANGAN_TEOLOGI_ISLAM_DI_ZAMAN_MODERN_Amaldjati

[9] Latif, Muhaemin, Perkembangan Teologi Modern (Gowa:Alaudin University Press, 2020), hlm.7.

[10] Mawar Ramadan, “ Aliran Teologi Islam Masa Modern,” slideplayer, Desember 18, 2015, https://slideplayer.info/slide/4131710/

[11] Dzati, Amal, “Perkembangan Teologi Islam di Zaman Modern”, academia, 2020, https://www.academia.edu/43275654/PERKEMBANGAN_TEOLOGI_ISLAM_DI_ZAMAN_MODERN_Amaldjati

[12] Surya Ramadhan, “Ciri-ciri pemikiran Teologi Modern dan Hubungannya dengan Ilmu-ilmu”, slideshare, Desember 01, 2020, https://www.slideshare.net/abdulgonde/ciri-ciri-pemikiran-teologi-modern-dan-hubunganya-dengan-ilmuilmu

[13] Siti Aisyah, “Teologi Islam 1,” Elearning, September 06, 2021, https://elearning.uinsu.ac.id/course/index.php?categoryid=272

[14] Dzati, Amal, “Perkembangan Teologi Islam di Zaman Modern”, academia, 2020, https://www.academia.edu/43275654/PERKEMBANGAN_TEOLOGI_ISLAM_DI_ZAMAN_MODERN_Amaldjati

[15] Latif, Muhaemin, Perkembangan Teologi Modern (Gowa:Alaudin University Press, 2020), hlm.7.

Comments

Popular posts from this blog

Contoh 350 Jumlah Mufidah ( 1-50 )

Contoh 350 Jumlah Mufidah ( 301-350 )

JURGEN HABERMAS DAN HERMENEUTIKA KRITIS